Beberapa waktu yang lalu saya bertemu seorang detektif cantik dalam suatu seminar. Kami berkenalan tapi tidak sempat bercerita banyak karena kami duduk dibelakang sambil mendengarkan pemateri yang suaranya kurang jelas karena pengaruh sound system.
Dia menuturkan bahwa pasien yang ditanganinya paling banyak masalah perselingkuhan dan dari kalangan pegawai. Saya pun bertanya, "bagaimana bisa?".
"Ya begitulah kak, kadang manusia memang begitu, tidak pernah puas dengan yang sudah didapat". Jawabnya sambil mengangkat bahu.
Di lain kesempatan saya disuguhi sebuah vidio, seorang suami memergoki istrinya berada di kamar hotel bersama rekan sekerjanya sesama pegawai. Kata sang istri yang kepergok suaminya hanya menumpang mandi di hotel karena saat kepergok hanya mengenakan handuk. OMG.
Jika kita membaca buku "Catatan Hati Pengantin" karya Asma Nadia, bertebaran kisah tentang kehadiran orang ketiga dalam dunia pernikahan. Mulai dari istri yang selingkuh dengan tukang ojek, padahal suaminya lebih tampan dan lebih mapan. Suami yang berselingkuh dengan resepsionis di kantornya, meninggalkan istri dan anak-anak yang masih kecil. Seperti tidak masuk akal.
Bahkan seorang Bupati pun terseret kasus perselingkuhan dengan perawat rumah sakit. Padahal istri pak Bupati luar biasa cantiknya, prestasinya pun melambung tinggi.
Ada juga seorang ibu yang langsung bercerita, ketika masih bekerja sebagai pembantu rumah tangga ternyata suaminya selingkuh. Meninggalkan hutang untuk menyusul selingkuhannya di kota lain. Apalah daya, ibu itu yang harus bekerja keras membayar hutang suaminya dan membesarkan anaknya yang masih kecil-kecil.
Miskin selingkuh, kaya pun selingkuh, apa yang salah sebenarnya?
Meminjam penuturan ustadz Cahyadi Takariawan, bahwa pasangan hidup kita bukanlah benda mati, bukanlah sesuatu yang bersifat statis, ia seperti mikroorganisme yang terus berkembang, yang terus tumbuh.
Kita tidak bisa menyamakan pasangan hidup yang sudah kita nikahi bertahun-tahun lalu masih sama kepribadiannya dengan yang sekarang.
Seiring berjalannya waktu kita dan pasangan kita pasti berubah.
Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri. Semua yang dimiliki orang lain selalu terlihat lebih baik dari pada yang kita miliki. Sehingga selalu ada rasa tidak puas dengan semua yang kita miliki.
Seiring berjalannya waktu kita semakin tua. Kita akan dikelilingi oleh orang-orang muda yang lebih menarik dari pasangan kita.
Hal yang perlu disadari adalah kita memiliki kekurangan, pasangan kita juga memiliki kekurangan dan masing-masing kita baiknya memiliki sikap legowo dalam menerima kekurangan pasangan. Memanusiakan pasangan kita sendiri.
Karena setiap hubungan, perselingkuhan sekalipun pasti juga akan menemui ketidakcocokan.
Lebih penting dari itu semua, iman menjadi benteng pertahanan dalam kehidupan rumah tangga. Ingin bersama-sama pasangan dan anak-anak di masa tua hingga kita dikenal sebagai orang tua yang penuh cinta kasih atau di masa tua ingin dikenal sebagai orang tua yang suka "jajan sembarangan" semuanya tergantung pilihan kita saat ini. Sekaranglah prosesnya. Karena pernikahan adalah sebuah proses bukan tujuan akhir.
Pita kecil
Pekanbaru, 18 april 2017
miskin selingkuh sama org kaya, karena mau uangnya,, kalau kaya selingkuh karena butuh kepuasan
BalasHapus