Langsung ke konten utama

Unggulan

Rubrik Rumah Tangga: Cinta Kedaluarsa

Seiring berjalannya waktu cinta dalam rumah tangga mengalami pasang surut. Belasan tahun menjalani pernikahan pasti banyak yang telah berubah. Begitu juga dengan pasangan kita. Pak cah (cahyadi takariawan) mengatakan bahwa pasangan kita layaknya mikroorganisme yang terus berubah, terus berkembang seiring berjalannya waktu. Jika karena fisiknya yang telah berubah engkau meninggalkannya, sungguh begitu dangkal cintamu Jika karena emosinya yang meledak-ledak engkau meninggalkannya cintamu begitu murah Jika karena sifatnya yang menjengkelkan engkau meninggalkannya, cintamu   pun begitu receh Jika engkau menganggap pasanganmu kini tidak bisa menyamaimu atau merasa sudah tidak sebanding lagi maka perlu dipertanyakan niat awalmu menikah Jika engkau suka membandingkan pasanganmu dengan pasangan orang lain yang bisa begini dan begitu mungkin engkau juga pantas dibandingkan dengan yang lain juga Jika engkau merasa tidak puas dengan pasanganmu coba tanyakan juga apakah pasanganm...

COCD: Kolaborasi Pekerja Sosial



Pendamping PKH dan Pendamping KOTAKU dalam acara sosialisasi pemukiman kumuh, 08/2019

1.   Latar Belakang

Dalam hal pengembangan masyarakat dibutuhkan keahlian yang berupa asesmen, kolaborasi, dan fasilitasi. Dalam hal kolaborasi dibutuhkan kemampuan yang professional dalam menangani masyarakat yang sedang dalam masa membutuhkan bantuan. 

Kolaborasi yang dilakukan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kolaborasi menekankan kerja sama antara pekerja social dan masyarakat serta para professional. Dalam kolaborasi setiap pekerja social harus memiliki keahlian dan keunggulan pribadi yang digunakan untuk merancang konsep pengembangan masyarakat.

2.   Rumusan Masalah

Tahap Perkembangan Kelompok
1. Langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah kolaborasi
2. Sikap pribadi yang menghambat kolaborasi
3. Pengujian kelompok: sikap konstruktif dan destruktif
4.  Unsur-unsur kolaborasi yang berhasil

3. Tahap Perkembangan Kelompok

Pada dasarnya terdapat tiga tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap kelompok yaitu:

      a.       Tahap kerja sama 
   
    Tahap orientasi atau perkenalan ini dicirikan oleh interaksi yang superficial diantara anggota kelompok. Sementara kelompok berada dalam keadaan forming (terbentuk), anggota berada dalam keadaan menjajaki dan memperlihatkan perilaku yang sopan terhadap satu sama lain. Kelompok mulai mendefinisikan tujuan dan hambatan. Contoh dari tahap kerja sama ini ialah pertemuan awal, informasi antara manajer kasus dan keluarga. Pertemuan harus agak informal agar relasi antara orang tua dan pekerja social mulai berkembang berdasarkan dukungan dan kerja sama.

      b.      Tahap koordinasi
Tahap transisi dan tahap bekerja yang dicirikan dengan usaha anggota kelompok untuk bekerja bersama-sama mencapai tujua yang sama. Kelompok berada dalam keadaan storming (mengalami badai) titik pertikaian muncul ketika anggota merumuskan assessment dan usaha untuk menetapkan tujuan. Ketika konflik berlanjut maka  negosiasi terjadi dan memberi kesempatan untuk mencapai tujuan yang disepakati sehingga peran setiap anggota menjadi jelas.

      c.        Tahap kolaborasi
Dicirikan dengan perkembangan kohesi kelompok. Aggota kelompok memperlihatkan motivasi, kesejatian, kujujuran, dan penghormatan satu sama lain. Kelompok berkembang menjadi kelomok sejati dan melakukan tindakan, mencappai keadaan norming (tertib) serta mencapai resolusi untuk mencapai tujuan yang sama.

4.  langkah-langkah dalam proses pemecahan masalah kolaborasi

      a.       Uji kebutuhan anak, kekuatan, kesulitan keluarga
Asesmen keluarga berbasis kekuatan adalah esensial untuk menentukan kekuatan, keterampilan, minat,dan relasi positif keluarga kepada pihak lain.

     b.      Tetapkan tujuan sementara dan tentukan apakah semua system yang berkepentingan dilibatkan dalam kolaborasi. Setelah asesmen yang seksama dibuat para kolaborator harus sensitive secara budaya terhadap etnisitas anak dan keluarga  serta melibatkan anggota lain yang dianggap penting dalam identitas budaya keluarga tersebut.

    c.       Kembangkan secara bersama dan sepakati tujuan bersama. Para kolaborator harus sama-sama merancang tujuan yang spesifik dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Rencana pelayanan biasanya satu tahun, karenanya penambilan keputusan kolaboratif harus cepat, hati-hati, dan bertujuan menyeluruh untuk mencapai rencana yang telah ditetapkan.

     d.       Jelaskan peran setiap orang dan bagaimana tenggung jawab akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Setelah tujuan diklasifikasi , peran dan tugas kolaborator lebih mudah ditentukan. Dalam kolaborasi multidisiplin adalah penting menyatakan secara jelas tugas masing-masing untuk menjamin bahwa keputusan dan tujuan yang dispesifikasi dalam rencana dilaksanakan secara spesifik oleh semua anggota.

     e.       Bekerja sama untuk mencapai tujuan, menggunakan keahlian setiap kolaborator. Manajer kasus mengambil tangung jawab untuk mengkoordinaskan konferensi kasus dan membantu kemajuan para partisipan. Setiap pekerja professional sesuai dengan keahliannya bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan bekerja sama secara kolaboratif dan pertimbangan keahlian individu masing-masing.

     f.       Pantau proses dan ambil tanggung jawab bersama atau apa yang terjadi. Kesepakatan pelayanan adalah alat ukur yang esensial dalam memantau kemajuan rencana. Para kolaborator dapat merenegosiasikan tujuan dan merevisi kesepakatan pelayanan pembuatan jadwal peninjauan periodic dalam kesepakatan pelayanan adalah esensial karena ia menjamin bahwa peninjauan terjadi dan memberikan kesempatan untuk diskusi yang realistic tentang kelangsungan pencapaian rencana yang diinginkan.

    g.      Evaluasi hasil. Komponen utama dalam proses pemecahan masalah kolaborasi ialah pengujian evaluasi berkelanjutan kegiatan para penyelenggara. Lapporan atau konferensi periodic biasanya dijadwalkan setiap tiga bulan yang berfungsi sebagai alat kendali untuk meninjau kemajuan yang dicapai oleh setiap kolaborator.

5. Sikap Pribadi Yang Menghambat Kolaborasi

a.   Ini adalah wilayahku
Kolaborator enggan untuk menyerahkan apa yang mereka aggap sebagai wilayahnya.

b.   Hanya ada satu  bos dan itu adalah aku
Ada orang yang tidak mau melepaskan peran independent yang dipegang dalam usaha nonkolaborasi. Mengatasinya adalah dengan mengembangkan kemampuan dan kepemimpinan yang entusiastikyang berfokus pada keberhasilan tugas kelompok.

c.   Apa yang sedang dibicarakan oleh orang tolol itu
Kuragnya terminology yang dipahami bersama dapat berasal dari perspektif yang berbeda dikalangan professional yang menghambat proses komunikasi.

d.   Kami adalah orang profesional.
      Kadang professional tidak melibatkan keluarga dalam perencanaan.

e.   Buta terhadap perbedaan
Pemahaman akan nilai-nilai dan praktek semua masyarakat adalah penting bagi kolaborasi yang efektif.

6. Pengujian Kelompok: Sikap Konstruktif Dan Destruktif

a.   Sikap konstruktif
      1. Praktis. Berpengalaman, rendah hati, dan hanya menjanjikan apa yang dapat dicapai
      2. Berpendidikan luas.
      3. Berpusat pada keluarga
      4. Fleksibel
      5. Dapat dipercaya
      6. Mendukung orang lain
      7. Dapat diandalkan
      8. Sabar

b. Sikap destruktif
1. Impraktis. Tidak berpengalaman, terlalu optimistic, dan membuat rekomendasi yang tidak dapat dicapai.
2. Pemikir kaku. Berfikir sempit dan kurang informasi. Mempertahankan kesetiaan terhadap sudut pandang sendiri
3. Tidak dapat dipercaya
4. Sangat kritis terhadap setiap orang dan semua hal
5. Mengendalikan
Senang pada perebutn kekuasaan , memiliki agenda tersembunyi dan teritorialisme.

7.  Unsur-Unsur Kolaborasi Yang Berhasil

a. Prosesnya direncanakan, bertujuan, sistematik
b.  Konsensus
c. Tim bekerja atas dasar rencana yng berfokus
d. Pelayanan yang dibutuhkan diidentifikasi dan disesuaikan dengan kebutuha
e. Pelayanan masyarakat digunakan secara arif dan efisien
f. Pelayanan diberikan secara efektif
 Jurang atau duplikasi usaha dikurangkan atau diperbaiki 

Brager (1987) dan Holloway (1978) membagi 3 jenis teknik (taktik) dalam pengembangan masyarakat:

1. Kolaborasi (kerjasama)
Kolaborasi dilakukan apabila sistem sasaran setuju (mudah teryakinkan untuk sepakat) dengan sistem kegiatan mengenai perlunya perubahan dan dukungan alokasi sumber. Ada dua jenis teknik kolaborasi, yaitu:

a.  Implementasi 
Digunakan manakala sistem kegiatan dan sistem sasaran bekerja sama dengan kesepakatan akan perubahan yang diinginkan serta adanya dukungan pengambil keputusan akan alokasi dana yang dibutuhkan.

 b. Membangun kapasitas (capacity building) yang dilakukan melalui :
    1). Partisipasi, mengacu pada kegiatan-kegiatan yang
         berupaya untuk melibatkan anggota sistem klien
         dalam usaha perubahan.
      2). Pemberdayaan (empowerment)

2. Kampanye (penyuluhan sosial)
Teknik ini diperlukan untuk dilakukan apabila sistem sasaran tidak menolak untuk berkomunikasi dengan sistem kegiatan, akan tetapi konsensus akan perlunya perubahan belum tercapai, atau sistem sasaran mendukung perubahan tetapi tidak ada alokasi sumber untuk perubahan tersebut.

1.  Teknik Edukasi 
Sistem perubahan berinteraksi dengan sistem sasaran dengan menyajikan berbagai persepsi, sikap, opini, data dan informasi mengenai perubahan yang diinginkan, dengan tujuan untuk meyakinkan sistem sasaran mengubah cara berpikir atau bertindaknya, yang selama ini dianggap kurang sejalan dengan perubahan yang diperlukan.

2. Teknik Persuasi
Mengacu pada seni untuk meyakinkan orang lain agar menerima dan mendukung pandangan-pandangannya atau persepsinya mengenai suatu isu. Terbagi menjadi tiga:

a). Kooptasi (cooptation)
Meminimalkan kemungkinan terjadinya oposisi dengan cara menyerap atau melibatkan anggota-anggota sistem sasaran ke dalam sistem kegiatan. Pelibatan anggota kelompok sasaran secara individual disebut “informal cooptation”, sedangkan melibatkan sistem sasaran secara kelompok disebut ‘formal cooptation”.

b).  Lobi (Lobbying)
Lobi adalah bentuk persuasi yang mengarah pada perubahan kebijakan di bawah jelajah sistem pengendalian. Kegiatan diarahkan pada para elit yang menjadi kunci dalam perumusan kebijakan. Hal yang penting dipertimbangkan dalam melakukan lobi adalah faktual dan jujur; tidak berbelit-belit dan didukung data; diskusi diarahkan pada tinjauan kritis mengenai objek pembicaraan(sisi baik dan buruknya).

c). Penggunaan Media Massa
Mengembangkan dan menayangkan cerita-cerita yang bernuansa berita ke dalam media-media elektronik maupun cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat umum. Teknik ini digunakan untuk mendesak para pengambil keputusan untuk menyepakati cara-cara pemecahan masalah yang telah teridentifikasi.

3. Kontes
Kontes dilakukan apabila sistem sasaran tidak setuju dengan perubahan dan atau alokasi sumber dan masih terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai ketidaksepakatan ini. Kegiatan yang termasuk kategori teknik ini, adalah:
             
a.       Tawar menawar (bargaining) dan negosiasi
Teknik negosiasi dilakukan apabila kesepakatan atas pelaksanaan perubahan yang harus dilakukan, masih belum dicapai, dan masih perlu dirundingkan. Atau, kesepakatan mengenai perubahan yang diinginkan telah dapat dicapai, akan tetapi alokasi sumber yang diperlukanmasih belum disepakati.

b.      Aksi masyarakat atau kelompok besar.
Teknik aksi sosial, hanya dilakukan apabila pekerja sosial berhadapan dengan situasi dimana masy. berada dalam fihak yang dirugikan, dan pekerja sosial maupun masy. tidak melihat adanya kesamaan tujuan antara berbagai fihak yang seharusnya bekerja sama untuk kepentingan masyarakat. Perlu menjadi catatan, bahwa penggunaan teknik aksi sosial memiliki resiko yang sangat besar baik bagi masy. maupun pekerja sosial sendiri, sehingga teknik ini biasanya menjadi pilihan terakhir dalam pengembangan masyarakat.

Beberapa teknik aksi sosial yang biasa digunakan, diantaranya adalah:
1.      Aksi legal (legal action), misal demontrasi
2.      Aksi Melawan Hukum (illegal action), misal ketidakpatuhan warga.
3.      Class action lawsuit, yaitu teknik yang mengacu pada suatu situasi dimana suatu kesatuan dituntut karena melakukan pelanggaran hukum tertentu dan diperkirakan bahwa pengadilan akan diberlakukan untuk keseluruhan


8. Kesimpulan
Dalam mengorganisir masyarakat agar masyarakat dapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan sosialnya diperlukan adanya kolaborasi antara masyarakat, fasilitator sebagai pekerja social, serta berbagai para ahli yang telah professional yang menangani bidang permasalahan di masyarakat.
Dalam berkolaborasi dengan masyarakat hal yag harus diperhatikan adalah kemampuan seorang pekerja social untuk dapat bekerja sama dengan pihak lalin baik itu tim ahli, instans, atau pun pihak yang berkaitan dengan penyelesaian program yang sedang diselesaikan.

9. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun penyajian materi yang disajikan dalam bab pembahasan. Atas segala kekurangan penulis mohon maaf dan semoga bahan makalah yang ada di tangan pembaca ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan keilmuwan mengenai COCD.

Sumber: buku COCD






Komentar

Postingan Populer