Langsung ke konten utama

Unggulan

Rubrik Rumah Tangga: Cinta Kedaluarsa

Seiring berjalannya waktu cinta dalam rumah tangga mengalami pasang surut. Belasan tahun menjalani pernikahan pasti banyak yang telah berubah. Begitu juga dengan pasangan kita. Pak cah (cahyadi takariawan) mengatakan bahwa pasangan kita layaknya mikroorganisme yang terus berubah, terus berkembang seiring berjalannya waktu. Jika karena fisiknya yang telah berubah engkau meninggalkannya, sungguh begitu dangkal cintamu Jika karena emosinya yang meledak-ledak engkau meninggalkannya cintamu begitu murah Jika karena sifatnya yang menjengkelkan engkau meninggalkannya, cintamu   pun begitu receh Jika engkau menganggap pasanganmu kini tidak bisa menyamaimu atau merasa sudah tidak sebanding lagi maka perlu dipertanyakan niat awalmu menikah Jika engkau suka membandingkan pasanganmu dengan pasangan orang lain yang bisa begini dan begitu mungkin engkau juga pantas dibandingkan dengan yang lain juga Jika engkau merasa tidak puas dengan pasanganmu coba tanyakan juga apakah pasanganm...

Psikologi sosial: Mengenal Teori Atribusi




     1.     Latar Belakang

Teori atribusi merupakan teori yang mempelajari tentang perilaku seseorang dan mengetahui mengapa seseorang berperilaku demikian. Di dalam teori atribusi dijabarkan mengenai pembagiannya yaitu atribusi internal dan atribusi eksternal. Dalam perilaku manusia dipengaruhi oleh dua aspek yaitu aspek lingkungan dan dirinya sendiri. Karenanya dalam menganalisis dan memberikan deskripsi tentang perilaku seseorang kita harus melihatnya dari dua aspek tersebut. Kesalahan dalam teori atribusi adalah penilaian yang cenderung subjektivitas dan menekankan pada satu objek saja. Pembahasan lebih rinci telah penulis jabarkan dalam bab pembahasan.

    2.  Rumusan Masalah
a.       Pengertian atribusi
b.      Teori Atribusi Menurut Kelley
c.       Atribusi Kausalitas
d.      Atribusi Kejujuran
e.       Atribusi Dalam Hubungan Interpersonal
f.       Atribusi terhadap Orang lain
g.      Kesalahan Teori Atribusi

PEMBAHASAN
3. Pengertian Atribusi

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut Myers, kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.

Menurut Baron dan Byrne, atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak.

Kelley mendefinisikan atribusi sebagai proses mempersepsikan sifat-sifat disposisional (yang sudah ada) pada satuan-satuan  (entities) di dalam suatu lingkungan (environment).

Pembuatan teori atribusi dimulai oleh Fritz heider pada tahun 1958. Ia merasa tertarik tentang cara orang menggambarkan dalam angan-anagan apa yang mengakibatkan seseatu dalam kehidupan sehari-hari. Heider mengemukakan dua motif kuat dalam diri semua manusia yak ni kebutuhan membentuk pengertian mengenai alam raya yang terpadu dan kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan. Salah satu pokok untuk memenuhi kedua motif itu adalah kemampauan untuk meramalkan bagaimana manusia akan berperilaku, maka kita akan memandang dunia secara acak, memberikan kejutan dan tidak terpadu. Kita tidak tahu apakah kita harus mampu meramalkan perilaku orang lain agar dapat memperoleh tingkat kendali yang memuaskan atas lingkungan kita.

Untuk dapat meramalakan bagaimana orang lain akan berperilaku, kita harus mempunyai sedikit teori dasar mengenai perilaku manusia. Menurut heider setiap orang (bukan hanya para psikolog saja) mencari penjelasan tentang perilaku orang lain, yang ia namakan psikologi naïf, yaitu teori umum mengenai perilaku yang dianut oleh setiap orang awam.

Dalam bukunya The Psychology of Interpersonal Relations yang dikutip Littlejohn, bahwa menurut psikologi naïf masyarakat memiliki suatu kesadaran yang melingkupinya dan dialaminya dalam setiap peristiwa (lingkup pengalaman/life space) mereka percaya kesadaran sebagai persepsi dan proses-proses lain. Mereka dipengaruhi oleh pribadi mereka dan lingkungan pribadinya yang menyebabkan mereka dapat mencoba dan menimbulkan perubahan itu,  berharap dan merasakan, mereka berada pada satuan-satuan dengan keberadaan orang lain, mereka memiliki standar yang pasti, semua karakteristik menetapkan peran apa yang dimainkan orang lain dalam lingkup pengalaman yang kita miliki dan bagaimana kita menerapkanya.[1]

Dalam menerapkan teori atribusi, kita dapat mengetahui tentang orang-orang disekitar kita melalui beberapa macam yaitu:
1.      Dengan melihat apa yang diperlihatkan seseorang secara fisik, seperti cara berpakaian, cara penampilan diri.
2.   Langsung menyatakan pada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikirannya tentang motivnya.
3.      Dari perilaku orang yang bersagkutan, misalnya over actions karena hal ini merupakan sumber yang penting dari yang bersangkutan.

Disamping itu perilaku sering bersumber pada keadaan eksternal individu yang bersangkutan, tidak dari sifat atau disposisinya. Misalnya seorang calon dalam pemilu mencium anak yang digendong ibunya dan menyalami orang yang disekitarnya. Apakah orang ini secara internal merupakan orang yang ramah, atau karena factor lain yaitu agar semakin banyak orang memilih dirinya.

Dengan demikian timbul pertanyaan apakah perilaku yang didasarkan atas sifat internal atau karena perilaku eksternal yang bersifat temporer (misalnya karena ada pemilihan). Untuk lebih mudah menentukan apakah suatu perilaku individu disebabkan oleh factor eksternal atau internal, teori correspondent inference memberikan langkah-langkah memusatkan perhatian pada perilaku yang dapat memberikan informasi yaitu:
1.  Pada perilaku yang dipilih individu yang bersangkutan dan perilaku yang lain dikesampingkan.
2.     Pada perilaku yang menimbulkan keunikan merupakan efek yang tidak dihasilkan oleh orang lain.
3.      Memusatkan pada perilaku yang social desirabilitynya rendah. [2]

4. Teori Atribusi Menurut Kelley

Menurut Kelley teori atribusi ini mempunyai tiga asumsi dasar:
1.      Orang-orang coba memastikan sebab-sebab dari perilaku, ketika hal itu meragukan, mereka mencari informasi yang dapat menjawab pertanyaan mereka, mengapa dia melakukan itu. Kelley mengatakan dalam berinteraksi seperti yang mereka lakukan dia menanyakan tentang atribusi perilaku orang lain, apa yang menyebabkan perilaku tersebut, apa tanggung jawab dari perilaku tersebut dan untuk apa perilaku tersebut diatribusikan.

2.      Orang menunjukkan sebab-sebab secara teratur /sistematis. Kelley menerangkan dalam metode ilmiah: seorang atributir secara umum biasanya bertindak seperti ilmuwan yang baik, pengujiannya bervariasi antara pemberian pengaruh dan sebab-sebab yang mungkin terjadi.

3.       Atribusi ini telah mempengaruhi pemahaman perasaan yang dimiliki dan mempengaruhi perilakunya. Komunikator memberikan arti penting bagi atribusi.[3]

Menurut Kelley ada empat kriteria yang menyebabkan orang lebih cenderung kepada atribusi eksternal daripada atribusi internal. Distinctiveness yaitu bagaimana seseorang bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki distinksi yang rendah.

a.       Distinksi dalam contoh misalnya X menyukai film dua dunia tetapi kurang menyukai acara TV yang lain
b.      Konsistensi dalam waktu, X akan  menyukai acara itu kalau ia menontonnya dilain waktu
c.       Konsistensi dalam acara, X akan tetap menyukai acara itu kalau ia meonontonnya di rumahnya, di rumah teman, menonton dalam TV hitam putih meskipun ada yang berwarna.
d.      Konsesnsus, ternyata bukan X saja ynag menyukai acara itu tetapi orang lain juga menyukai acaranya.

Kalau ke empat syarat ini  terpenuhi maka terjadilah atribusi eksternal. Tapi jika tidak maka kesenangan menonton film tersebut dinyatakan sebagai akibat dari keadaan diri X sendiri.[4]

Ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal) dan yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan (atribusi eksternal). Sebetulnya kedua atribusi itu dapat terjadi sekaligus, tetapi menurut Heider, orang cenderung memilih salah satu saja, atribusi internal atau atribusi eksternal. Misalnya, kalau istri membuat kopi yang enak, suaminya akan memuji merk kopi yang diminumnya (atribusi eksternal), tetapi kalau kopinya tidak enak, maka sang suami akan mengatakan bahwa istrinya payah, tidak bisa membuat kopi (atribusi internal).

5. Atribusi Kausalitas

Secara garis besar ada dua macam atribusi, yaitu atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Fritz heider merupakan orang pertama yang menelaah tentang atribusi kausalitas. Menurut heider bila kita mengamati perilaku social pertama-tama kita menentukan dulu apa yang menyebabkannya, faktor situasional atau personal, yang lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal.

a.       Dimensi sebab akibat
1.      Tempat sebab akibat
Masalah pokok yang paling umum dalam persepsi sebab akibat adalah menentukan apakah suatu tindakan tertentu disebabkan keadaan intern atau ekstern. Atribusi ekstern mencakup semua penyebab seseorang seperti: tekanan orang lain, uang, sifat situasi social, cuaca, dan lain-lain.  


2.      Stabilitas dan instabilitas
Dimensi yang kedua yaitu apakah penyebabnya stabil atau tidak stabil. Maksudnya, kita harus tahu apakah penyebab tersebut merupakan bagian menarik yang relative permanen dari lingkungan ekstern atau pembawaanintern orang itu. Dengan kata lain penyebab dapat terdiri atas berbagai kombinasi dari kedua dimensi tersebut.[5]

3.      Dimensi ketiga atribusi kausalitas
Yaitu kemampuan mengandalikan. Kita mengamati adanya beberapa kasus yang dapat dikendalikan seorang individu, sedangkan lainnya diluar kemampuannya. Contohnya penyebab intern yang tidak stabil seperti usaha, bisanya dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan.

Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan faktor internal atau eksternal. Menurut jones dan nisbet untuk memahami bahwa perilaku itu disebabkan faktor internal dengan memperhatikan sua hal: pertama kita memfokuskan perhatian pada perilaku yang dimungkinkan oleh satu atau sedikit penyebab, kedua, memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola.

Melihat perilaku sesuai dengan konteksnya, misalnya dalam suatu ruangan kelas kita dapat menduga perilaku berbagai mahasiswa seperti, menghadap ke depan sambil tidur atau yang menghadap kebelakang semua perilaku ini mempunyai kemungkinan penyebab yang berbeda. Menghadap ke depan sambil menulis adalah yang paling umum terjadi, sedangkan mahasiswa yang menghadap kebelakang merupakan pola yang menyimpang dari perilaku biasanya. Maka kita menyimpulkan perilaku ini terjadi karena motif
 perorangan.

Contoh lain apakah suatu perilaku disebabkan oleh faktor intern atau ekstern adalah seorang mahasiswa yang gagal dalam suatu mata kuliah, kita ingin mengetahui apakah hal tersebut disebabkan karena dia memang kurang cakap atau karena kurang belajar  (faktor intern) atau karena dosen yang memberikan kuliahnya meragukan dan buku teks yang terlalu sulit atau ujian yang berlangsung tidak adil. (faktor ekstern). [6]

Jadi yang menjadi masalah utama adalah apakah harus dibuat kesimpulan intern atau ekstern terhadap perilaku pemberi stimulus. Pengambilan kesimpulan ekstern menguraikan sebab akibat kepada segala sesuatu yang berada di luar orang tersebut seperti lingkungan umum, orang yang diajak berinteraksi, peranan yang dipaksakan, kemungkinan mendapatkan hadiah atau hukuman, dan lain sebagainya. Menurut Kelley untuk sampai pada atribusi kauslaitas, manusia menggunakan 3 jenis informasi:

a.       Sasaran stimulus
b.      Actor
c.       Konteks

Sebagai contoh, suatu hari si A menonton pertunjukan lawak dan dia terpingkal-pingkal atas lawakan tersebut. Dia menganggap bahwa pelawak itu adalah orang yang paling lucu yang pernah ditemuinya. A mengajak kita menonton pertunjukkan tersebut. Disini kita menghendaki atribusinya atas tertawa gelinya tersebut, jia penyebabnya pelawak itu benar-benar lucu, maka kita boleh menuruti nasehatnya untuk ikut menyaksikan pertunjukan tersebut. Perilaku A tersebut mungkin disebabkan sesuatu yang istimewa atas stimulus (pelawak) kepada si actor (si A) atau pada konteksnya (orang-orang yang berbeda bersamanya pada waktu itu), atau dengan istilah lain disebut juga dengan:
a.       Consensus (orang lain bertindak sama pada waktu itu)
b.      Konsistensi (apakah orang tersebut secara konsisten beraksi sama di waktu lain)
c.       Distinctive (apakah tindakan seseorang sama pada situasi lain atau hanya pada situasi itu saja)

Bila ketiga hal tersebut berniali tinggi maka orang tersebut akan melakukan atribusi kausalitas eksternal. Misalnya B bertengkar dengan seorang dosen, begitu juga dengan mahasiswa lain (consensus tinggi) atau B tidak pernah bertengkar dengan dosen lain (distingtiv kekhasan) kita dapat menyimpulkan bahwa B bertengkar dengan dosen tersebut karena ulah dosen itu bukan karena watak B.

Orang akan merasa percaya diri, cepat membuat keputusan dan mampu bertindak dengan mantap jika ketiga hal tersebut di atas terpenuhi. Tetapi jika salah satu atau beberapa hal tidak terpenuhi maka ia jadi tidak yakin dan ragu-ragu dalam bertindak. Hal ini menyebabkan Kelley sampai pada teorinya Information Levels- Tingkat informasi. Tingkat informasi ini menyangkut oengetahuan seseorang dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Jadi tingkat informasi seseorang itinggi maka orang akan mampu membuat atribusi distinctive yang tidak berubah-ubah.

6.  Atribusi Kejujuran

Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne  kita dapat menyimpulkan bahwa suatu personal stimuli itu jujur atau tidak dengan memperhatikan dua hal:
a.       Sejauh mana pernyataan seseorang itu menyimpang dari pendapat yang lazim diterima oleh orang lain.
b.      Sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataannya itu.

Makin besar jarak antara pendapat personal stimuli dengan pendapat umum, makin percaya bahwa ia jujur dan kita akan kurang percaya jika kejujuran orang yang mengeluarkan pernyataan yang menguntungkan dirinya. Kadang kita yakin pada omongan salesman karena sesungguhnya ia mencari keuntungan.

7.  Atribusi Dalam Hubungan Interpersonal

Menurut Harves, Ickes dan Kidd dalam news direction menyebutkan bahwa teori atribusi member suatu perangkat yang baik untuk menguraikan dan menjelaskan perbedaan jarak pada persepsi social. Hal ini sangat dikenal dalam psikoloi social karena secara luas dapat diterapkan dalam berbagai fenomena social.

Proses atribusi sangat penting dalam komunikasi, dengan beberapa alasan seperti yang ditulis Fisher dalam bukunya Interpersonal Communication: Pragmatic of human relationship:

1.      Manusia membutuhkan untuk membuat penjelasan mengapa hal itu dapat terjadi. Hal ini dilakukan untuk menguriakan ketidakpastian. Penjelasan singkat mengenai semua sebab akibat ketika kita bertanya: “mengapa saya berbuat seperti itu?”.
2.      Proses atribusi sangat penting dalam komunikasi karena di dalamnya dengan seksama digambarkan gabungan antara kondisi psikologi dan tingkah laku. Ada kepercayaan yang umum bahwa pada perilaku kita selalu menggambarkan keadaan psikologi.
3.      Pross atribusi sangat penting dalam komunikasi karena menggambarkan hubungannya dengan hubungan interpersonal. Atribusi ini dapat mempengaruhi hasil dari hubungan dan perkembangan hubungan yang juga mempengaruhi atribusi. Hal tersebut penting karena tidak hanya bagaimana proses atribusi dapat mempengaruhi komunikasi antar personal tetapi juga atribusi dapat menunjukkan kualitas dari komunikasi.

8.  Atribusi terhadap Orang lain
                         
Prinsip-prinsip tersbeut di atas biasanya di pakai untuk mengatribusikan perilaku ornag lain. Pernyataan yang pokok dalam hal ini adalah bila kita menarik kesimpulan bahwa tindakan orang lain mencerminkan pembawaannya sendiri, seperti cirri, sikap, keadaan hati, atau keadaan intern lainnya. Atau kita menyimpulkan bahwa perilakunya sesuai dengan situasi ekstrenalnya. Hal tersebut dapat kita lihat sesuai dengan faktor ektern yang mempengaruhinya.

Atribusi yang sering kita rasaka sering ditujukan kepad aorang lain. Kadang kita bertindak seperti seorang psikolog yang ingin mengetahui mengapa orang tersebut berperilaku demikian, motif apa yang melatar belakanginya, sehingga dengan mengacu pada teori ini setidaknya kita dapat memahami orang lain sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya kesalahpahaman, pertikaian, yang mengganggu hubungan interpersonal dapat dihindarkan.[7]

9.  Atribusi Terhadap Diri Sendiri

Salah satu hipotesis menarik dalam teori atribusi adalah bahwa orang sampai pada persepsi keadaan intern mereka sendiri dengan cara yang sama jika mereka sampai pada persepsi kepada orang lain. Hal ini berasal dari asumsi bahwa emosi, sikap, cirri, dan kemampuan kita serigkali tidak jelas dan meragukan. Kita harus menyimpulkannya dari perlaku terbuka kita dan persepsi kita tentag lingkungan sekitar kita.

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa dalam persepsi diri sendiri kita mencari asosiasi sebab akibat akal. Jika kita sampai mempersepsikan dorongan ekstern yang kuat, mendorong kita ke arah perilaku kita sendiri, maka kita akan terdorong untuk sampai pada atribusi situasional. Jika tidak terdapat dorongan ekstern yang jelas kita akan mengasumsikan bahwa atribusi mendorong diadakannya riset tentang persepsi diri sendiri atas sikap, motivasi, dan emosi.

a.       Sikap
Orang menilai sikap mereka melalui instropeksi yaitu dengan meninjau kembali berbagai kognisi dan perasaan secara kasar. Jika kita mengamati perilaku kita sendiri, dalam situasi dimana kita tidak ada paksaan dari orang lain, maka kita akan mengasumskan bahwa kita hanya mengungkapkan sikap kita yang sebenarnya. Jika terdapat tekanan ektern maka kita mempersepsikan pernyataan itu disebabkan oleh faktor ekstern dengan kata lain kita belajar berperilaku dalam lingkungan yang mempunyai tekanan ekstern dan bukan dengan mengintropeksi perasaan kita.

b.      Motivasi
Seseorang yang melakukan sesuatu demi mendapatkan penghargaan tinggi akan menjurus pada atribusi eksternal. Melaksanakan tugas yang sama dengan penghargaaan rendah cenderung pada atribusi internal. Sebenarnya saya tidak melakukan tugas ini karena imbalannya sedikit tetapi saya melakukannya karena saya menyukainya. Penghargaan yang rendah akan menjurus pada minat instrinsik yang sangat besar akan suatu tugas karena orang tersebut mengatribusikan pelaksanaan tugasnya tadi dengan minat instrinsik bukan dengan penghargaan ekstrinsik.

c.       Emosi
Tentang emosi para ahli menyatakan bahwa kita mengenal apa yang kita rasakan dengan mempertimbangkan keadaan fisiologi kita sendiri, keadaan mental, dan stimulus ekstern yang menyebabkan keadaan tersebut. Dua pendekatan tentang persepsi diri berdasarkan emosi, Stanley schatcer dalam psikologi social menyatakan bahwa:

a.       Tingkat rangsangan fisiologis yang dialami
b.      Cirri kognitif yang kita terapkan seperti marah dan senang

Untuk sampai pada cirri kognitif, kita meninjau perilaku kita sendiri serta situasinya. Jika secara fisiologis kita tertarik dan menertawakan pertunjukan komedi TV, maka dapat disimpulkan bahwa kita senang, jika kita membentak seseorang karena ulahnya maka dapat disimpulkan bahwa kita marah. Perilaku dan interpretasi kita tentang keadaan akan melengkapi kita dengan cirri kognitif yang memungkinkan kita untuk menginterpretasikan pengalamann intern kita mengenai rangsangan emosi.[8]

10.  Kesalahan Teori Atribusi

Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (1994) dapat bersumber pada beberapa hal:
1.    Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error): kecenderungan untuk selalu memberi atribusi internal pada orang lain. Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll).
2.   Efek Pelaku-Pengamat: kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada orang lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal. Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll), sedangkan setelah kita tanya, dia membela diri dengan alasan bermacam-macam, mungkin dengan alasan dia terburu-buru karena dia sedang membawa istrinya yang sedang hamil ke RS, dll (atribusi eksternal).
3.     Pengutamaan Diri Sendiri: Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Saya pribadi, kadang melakukan hal yang sama dengan memencet klakson bila kendaraan didepan lajunya lambat sekali padahal lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau. Kita sering menyalahkan orang lain, tapi kadang kita tidak sadar bahwa kita pernah bahkan sering melakukan hal yang sama dengan orang yang kita salahkan.

Selain itu, sumber kesesatan dalam teori atribusi dalam memberikan interpretasi seseorang diantaranya:

1.      The fundamental attribution theory
Disebabkan orang sangat menekankan pada factor internal dalam melihat perilaku seseorang. Orang akan mudah mengambil kesimpulan dengan perilaku yang tampak sedangkan factor eksternal tidak dihiraukan.
2.      The actor observe effect
Orang melihat perilaku orang lain karena factor dalam sedangkan dirinya sendiri disebabkan oleh factor luar.[9]

 Kesimpulan
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada pola perilakunya yang tampak. Teori atribusi yang berkembang pada tahun 60-70an, memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai persitiwa yang dihadapinya, ia mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan apa yang menyebabkan ada, atau apa yang menyebabkan siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung interpretasi kita tentang peristiwa tersebut.

Atribusi ini merupakan hal yang penting dalam komunikasi, dikarenakan manusia membutuhkan untuk membuat penjelasan mengapa hal itu terjadi, juga digambarkan adanya hubungan antara keadaan psikologi dan tingkah laku individu. Teori ini mempunyai tiga asumsi dasar yang dikemukakan oleh Kelleyy yaitu:
1. Orang mencoba mencari sebab-sebab dari perilaku, mencari informasi untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan mengapa dia melakukan itu.
2.      Untuk menunjukkan sebab-sebab secara sistematis
3. Atribusi telah mempengaruhi pemahaman perasaan yang dimiliki dan terhadap perilakunya.

Secara garis besar ada dua atribusi, yaitu atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran. Atribusi kausalitas mencoba memahami apa yang menyebabkan ia berperilaku seperti itu, yang oleh heider bisa disebabkan oleh faktor situasional dan faktor personal yang disebut juga kausalitas eksternal dan kausalitas internal.

Teori atribusi ini dapat diterapkan pada persepsi diri sendiri maupun terhadap orang lain. Artinya, prinsip serupa dapat digunakan untuk menyimpulkan penyebab tindakan sendir dan bagaimana menyimpulkan penyebab tindakan orang lain. Dengan memahami teori atribusi ini diharapkan hubungan interpersonal dapat berlangsung lebih baik karena masing-maisng dapat memahami penyebab dari perilaku seseorang mengapa dia berperilaku demikian.

Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun penyajian materi yang disajikan dalam bab pembahasan. Atas segala kekurangan penulis mohon maaf dan semoga bahan makalah yang ada di tangan pembaca ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan keilmuwan mengenai Teori Atribusi khususnya dan Psikologi Sosial pada umumnya. Wassalamu’alaikum.


DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dakwah, Risalah, edisi VIII april 2003, Pekanbaru: fakultas dakwah dan ilmu komunikasi IAIN SUSQA.
Harahap, Ginda, Ilmu Jiwa Social untuk Studi Ilmu Dakwah, Pekanbaru: Suska Press, 2007.


[1] Jurnal dakwah, Risalah, edisi VIII april 2003, Pekanbaru: fakultas dakwah dan ilmu komunikasi IAIN SUSQA, Hlm. 38
[2] Ginda Harahap, ilmu jiwa social untuk studi ilmu dakwah, Pekanbaru: Suska Press, 2007, Hlm. 28-29.
[3] Jurnal dakwah, Risalah, edisi VIII april 2003. Hlm. 40
[4] Ibid, hlm. 31-32.
[5] Jurnal dakwah, Risalah, edisi VIII april 2003, Hlm.41
[6] Ibid Hlm. 42.
[7] Jurnal dakwah, Risalah, edisi VIII april 2003, hlm. 46-47
[8]  Ibid, Hlm. 49
[9] Ginda Harahap, ilmu jiwa social untuk studi ilmu dakwah, hlm. 31.


Komentar

Postingan Populer