Langsung ke konten utama

Unggulan

Rubrik Rumah Tangga: Cinta Kedaluarsa

Seiring berjalannya waktu cinta dalam rumah tangga mengalami pasang surut. Belasan tahun menjalani pernikahan pasti banyak yang telah berubah. Begitu juga dengan pasangan kita. Pak cah (cahyadi takariawan) mengatakan bahwa pasangan kita layaknya mikroorganisme yang terus berubah, terus berkembang seiring berjalannya waktu. Jika karena fisiknya yang telah berubah engkau meninggalkannya, sungguh begitu dangkal cintamu Jika karena emosinya yang meledak-ledak engkau meninggalkannya cintamu begitu murah Jika karena sifatnya yang menjengkelkan engkau meninggalkannya, cintamu   pun begitu receh Jika engkau menganggap pasanganmu kini tidak bisa menyamaimu atau merasa sudah tidak sebanding lagi maka perlu dipertanyakan niat awalmu menikah Jika engkau suka membandingkan pasanganmu dengan pasangan orang lain yang bisa begini dan begitu mungkin engkau juga pantas dibandingkan dengan yang lain juga Jika engkau merasa tidak puas dengan pasanganmu coba tanyakan juga apakah pasanganm...

CATATAN SEORANG PENDAMPING SOSIAL

Pedalaman INHU, Suku Talang Mamak, Februari 2013

Orang luar beranggapan bahwa orang miskin adalah manusia yang boros, malas, fatalistic, dungu, bodoh, dan mereka sendirilah yang bertanggung jawab atas kemiskinannya, sangat meyakinkan, namun sebagian besar meleset. 
Banyak bukti berupa studi kasus yang menunjukkan bahwa orang miskin itu pekerja keras, cerdik, dan ulet. Mereka harus memiliki sifat seperti itu untuk dapat bertahan hidup dan terlepas dari belenggu rantai kemiskinan yang terdiri dari: kemiskinan itu sendiri, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Berikut macam-macam rumah tangga miskin menurut Robert Chambers:
1.      Rumah tangga yang miskin. Sedikit memiliki kekayaan. Tempat tinggal kecil, tempat tinggal terbuat dari kayu, bamboo, tanah liat, jerami, dan sedikit memiliki perabot rumah tangga. Tidak mempunyai jamban, tidak memiliki lahan garapan, tidak memiliki hewan ternak kalau pun ada hanya beberapa ekor saja. Rumah tangga selalu dalam keadaan berutang, pakaiannya sangat sedikit dan tua. Produktivitas tenaga kerja keluarganya sangat rendah. Persediaan dan arus makanan atau uang dalam keluarga sedikit sekali, tidak menentu, musiman, dan tidak mencukupi. Rumah tangga tergantung kepada seorang majikan yang kadang memberi pekerjaan dan kadang tidak. Seluruh anggota keluarga bekerja semampunya kecuali yang masih kecil, terlalu tua, cacat dan sakit parah. Tingkat pendapatan keluarga rendah, dan pada musim paceklik lebih rendah lagi.
2.      Rumah tangga yang lemah jasmani. Suatu rumah tangga yang lebih banyak tanggungan keluarga daripada pencari nafkahnya. Tanggungan keluarga terdiri dari anak-anak, orang tua renta, penderita sakit atau cacat. Rumah tangga selalu kekurangan pangan pada musim-musim tertentu. Anggota keluarganya lemah jasmani karena parasit, penyakit, atau kurang gizi. Tetapi kehamilan, tingkat kelahiran, dan kematian bayi tinggi. Bayi yang d ilahirkan rata-rata memiliki berat badan di bawah normal, dan semua anggota keluarga bertubuh kecil dengan pertumbuhan badan yang kurang maksimal.
3.      Rumah tangga yang tersisih dari kehidupan. Rumah tangga yang terisolasi dari dunia luar. Tempat tinggalnya di daerah pinggiran, terpencil dari pusat keramaian dan jalur komunikasi, jauh dari pusat perdagangan, dan  pusat informasi. Anak dalam rumah tangga buta huruf atau putus sekolah. Anggota keluarga tidak pernah ikut rapat atau pertemua. Mereka tidak pernah menerima penyuluhan
4.      Rumah tangga yag rentan. Rumah tangga yang sedikit sekali memiliki penyangga untuk menghadapi kebutuhan yang mendadak. Jika ada  musibah, kewajiban social, kecelakaan, penyakit, kematian, biaya perkawinan, menjadikan rumah tangga tersebut semakin melarat. Ini megharuskan mereka menjual lahan, ternak, perhiasan dengan harga yang dipermainkan pembeli. Kerentanan semakin bertambah pada waktu musim hujan dan paceklik. Keluarga menjadi sangat rawan dengan penyakit dan kematian.
5.      Keluarga tidak berdaya. Buta hukum, jauh dari batuan hukum padahal harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan dan pelayanan pemerintah sehingga menjadi sasaran empuk bagi penyalahgunaan kaum yag lebih kuat. Kedudukan sosialnya berada di tngkat paling bawah. Rumah tangga ini mudah diperas oleh rentenir. Menyadari kekuatan kaum kaya dan orang kota serta sekutu-sekutuya keluarga ini menghindari kegiatan politik yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya dalam hal lapangan kerja, sewa menyewa, permintaan pinjaman dan perlindungan atas dirinya. Keluarga ini menyadari bahwa hanya dengan memasrahkan diri dia dapat selamat.

dalam mendampingi masyarakat sering kali seorang pendamping sosial merasa lebih pintar dari masyarakat padahal dari masyarakatlah kita belajar. Seorang Pendamping masyarakat baru dapat dianggap berhasil jika sang pahlawan adalah rakyat itu sendiri dan bukannya sang pendamping. Dalam mendampingi masyarakat masing masing pihak memiliki peranannya, harus ada yang berperan menjadi orang orang lapangan yang melakukan kerja-kerja langsung di tengah masyarakat (ground works). Mereka inilah pendamping masyarakat sesungguhnya. Ada yang menjalankan peran di garis depan (frontline). Mereka inilah para juru runding, juru bicara yang berurusan dengan pemerintah atau politisi melalui lobi-lobi dan dengan kalanga media massa untuk keperluan kampanye atau penyebaran informasi. Mereka inilah yang menjalankan peran advokasi kebijakan.

Satu kunci keberhasilan proses pendampingan masyarakat adalah memfasilitasi mereka sampai akhirnya mereka dapat memiliki suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Dimualai dari rakyat itu sendiri, ajak mereka berfikir kritis, lakukan analisis kea rah pemahaman bersama, capai pengetahuan, kesadaran, dan perilaku baru, lakukan tindakan dan lakukan evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan.

Satu hal yang harus diperhatiakan oleh seorang pendamping masyarakat adalah jangan sekali-kali beranggapan bahwa setiap permintaan yang datang dari masyarakat dipenuhi semuanya. Berdasarkan pengalaman ada keadaan tertentu dimana kemudian terbukti sangatlah tidak bijak, bahkan kontra produktif jika memenuhi permintaan masyarakat begitu saja tanpa melakukan penilaian awal terlebih dahulu tentang seluk beluk permasalahannya secara cermat. Jika seorang pendamping masyarakat menghadapi kasus yang mendesak sudah semestinya tidak terlalu cepat ikut terpancing, apalagi sampai memberi kesan kuat kepada masyarakat bahwa dia akan mampu mengatasi permasalahan mereka. 

Seorang pendamping tidak boleh lupa bahwa selalu ada waktu lain untuk memecahkan suatu permasalahan yang sangat mendesak sekalipun, tidak selalu harus pada saat itu saja secara seketika. Karena seorang pendamping dituntut untuk bertindak serealistik mungkin dan tidak larut dalam romantisme berlebihan. Keadaan lain yang membuat seorang pendamping harus berfikir dua kali adalah sebelum memenuhih permintaan masyarakat ketika memasuki sebuah kasus yag sudah terlalu banyak pihak atau organisasi yang terlibat didalamnya, sehingga sebenarnya masyarakat bingung dengan keruwetan hubungan dan kerja sama yang tidak berjalan baik bukan bingung denga permasalahan yang sebenarnya mereka hadapi.

Untuk menjadi seorang pendamping yang baik salah satu persyaratan penting adalah dapat menemukan orang sebagai penghubung di masyarakat. Banyak contoh selama ini memperlihatkan bahwa orang yang tidak dianggap penting justru lebih mampu menjadi sumber informasi terpercaya. Mereka biasanya adalah orang yang tidak banyak bicara bahkan terkesan bukanlah pembicara yang cerdas tetapi mereka adalah orang yang memiliki komitmen yang jelas, pekera keras, dan karena tidak terikat  dengan jabatan apapun di masyarakat mereka tak terlalu banyak pertimbangan kepentingan apapun misalnya takut kehilangan muka atau jabatan.  Adalah lebih baik memilih mereka yang nampakya pemalu, gagap bicara, yang sering tidak diperhatikan dalam pertemuan-pertemmuan tetapi ternyata bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya, aktif dalam kegiatan danmampu menyelesaikan banyak pekerjaan yang mungkin Nampak sepele tetapi justru menentukan.

Satu hal penting yang justru sering dilupakan oleh banyak pendamping, terutama mereka yang terlalu bersemangat dengan segala macam gagasana perubahan social yang lebih besar adalah melupakan unsur-unsur kemanusiaan dan bersifat pribadi dalam hubungan yang dijalaninya dengan para penghubung setempat. Hanya menjadikan penghubung masyarakat sebagai alat saja atau sekedar sumber informasi, sehingga hubungan dengan mereka bersifat fungsional semata, kehilangan dimensi hubungan sebagai sesama manusia.

Seorang pendamping sosial yang memiliki pandangan dan sikap kerakyatan tetapi nyaris tidak memiliki keterampilan teknis untuk melaksanakannya hanyalah seorang aktivis kursi goyang. Masih cukup banyak pendamping dan aktivis pergerakan social yang sering kesulitan merumuskan secara rinci dan jelas apa sebenarnya yang mereka perjuangkan dalam jangka panjang. Ini terjadi dikalangan para pendamping masyarakat atau aktivis muda bersemangat yang masih suka terjebak dalam romantisme ideology atau teoritis. Apalagi jika mereka memahami ide perubahan social hanya melalui rangkaian diskusi akademis, hanya membaca dan mendengar teori tanpa pengalaman nyata dalam dunia pergerakan social yag sebenarnya, tidak terlibat langsung dalam proses pengorganisasian, bahkan tidak memiliki basis komunitas tertentu.

Salah satu hal yang menjadi catatan penting bagi pendamping sosial adalah bahwa mereka mengurusi sekelompok masyarakat yang ingin sama-sama berubah menjadi lebih baik kondisi kehidupannnya walaupun mengurusi masyarakat tidak akan ada garis finishnya karena permasalahan sosial akan terus ada.  Salah satu jaminan kesinambungan proses-proses pendampingan masyarakat adalah jaminan sumber penghidupan yang layak dan tetap bagi para pendamping untuk menghidupi diri dan keluarganya.

SUMBER: 
Robert Chambers, Pembangunan Desa
Tan dan Topatimasang, Mengorganisir Rakyat

Komentar

Postingan Populer