Catatan hati seorang janda
Tidak ada satu wanita pun di dunia ini yang ingin menjadi
janda. Sebutan janda yang disematkan pada wanita yang ditinggal suaminya adalah
sebutan paling menyedihkan.
Masyarakat sekitar selalu memandang dengan konotasi negatif sebutan
janda. Entah kenapa. Terutama ibu-ibu mungkin mereka terbiasa mendengar janda
merebut suami orang. Aku ditinggal suamiku ketika anakku masih kecil-kecil.
Ibrahim putra sulungku baru berumur 7 tahun dan putri kecil kami safiya, masih
1 tahun.
Suamiku tewas dalam kecelakaan mobil. Dia tak meninggalkan
apa pun. Tak ada rumah, tak ada harta warisan. Yang ada hanyalah rumah
kontrakan yang setiap bulan harus ku bayar. Pilu rasanya hati ini. Ditinggal suami. Tinggallah aku
seorang diri. Tak ada sanak saudara di kota ini. Tak ada lagi tempatku bermanja
dan mencurahkan segala rasa.
Menjadi seorang janda kesedihannya tak sampai disitu. Baru saja ditinggal suami. Tetangga sudah mewanti-wanti.
Takut jika suaminnya kawin lagi.
Tidak ada yang tahu seperti apa perasaanku. Apalagi tetanggaku yang selalu memandang sinis padaku. Mereka yang masih memiliki suami, tidak akan pernah merasakan kegelisahan seperti yang ku alami. Esok hari anak-anakku makan apa belum diketahui. Bahkan sekedar gula dan teh pun aku tak punya untuk menngganjal perut di pagi hari.
Air mata ini hanya kusimpan sendiri.
Walau terkadang ia menetes juga ketika anak-anakku meminta uang jajan sekedar membeli es seharga seribu rupiah. Jangankan seribu, lima ratus perak pun aku tak punya.
Remuk redam hatiku hanya aku yang tahu. Mencoba bertahan hidup demi anak-anakku.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai janda ada saja yang menggangguku. Mulai dari lelaki beristri yang sudah punya anak hingga laki-laki yang lebih pantas menjadi kakek bagi anak-anakku. Semuanya ujian bagiku. Jika mereka mendekat kuanggap sebagai musibah.
Tidak ada yang tahu bahwa aku merasa begitu takut menjalani kehidupan ini sendirian. Aku merasa tidak ada yang melindungi. Anank-anakku harus menerima takdirnya bahwa ibunya sekarang adalah seorang single parent.
Separuh nafasku telah pergi.
Aku mencoba bertahan demi anak-anakku. Mencoba menjadi ibu yang kuat di hadapan mereka. Walau setiap malam merintih dalam doa.
Tapi terkadang ujian tak berhenti menimpa kami. Anak-anakku kadang menangis diejek teman bermainnya karena tidak punya ayah. Tetangga di sekitarku juga menampakkan wajah tidak sukanya padaku. Apapun pekerjaan yang kujalani mereka selalu mengomentarinya. Seakan apapun yang kuperbuat salah di mata mereka. Padahal setiap pekerjaan yang kujalani adalah pekerjaan halal.
Satu pesanku, jika ada tetanggamu seorang janda yang ditinggal mati suaminya dan memiliki banyak anak janganlah memandangnya sebelah mata. Mereka mencoba meneruskan hidup walau separuh nafasnya telah pergi.
Ketahuilah, tidak mudah bagi seorag wanita hidup menjadi seorag single parent yang dituntut memiliki punggung sekuat lelaki, tangan sekekar lelaki, dan tidak pernah menangis. Namun, takdir mengatakan aku harus menjadi demikian.
Ketahuilah, tidak mudah bagi seorang wanita yang ditinggal mati suami kemudian menikah lagi. sungguh tidak mudah. bagiku, suamiku adalah cinta pertama dan terakhir.
Pesanku, jika tidak bisa membantu kesulitan kami sebagai seorang janda dan yatim yang sedang kuhidupi setidaknya janganlah mencelaku karena status jandaku. Karena tidak ada satu wanita pun yang ingin hidup menjadi seorang janda. Janganlah memandangku sebelah mata. Tidak pernahkah terlintas dalam fikiranmu jika engkau juga menjanda esok hari? Tidak ada yang tahu kapan nafas terakhir suamimu. Sekali lai, jangan caci aku karena statusku. Karena ini bisa menimpa kepada siapa saja.
Bagimu wahai para suami, adakah engkau merasa akan hidup selamanya? sehingga engkau bebas berbuat sesukanya? jika jasadmu perlahan-lahan tak bergerak lagi hanya istri dan anak-anakmu yang akan merawatmu. Bukan wanita simpananmu. Jangan khianati cinta mereka. Dan nanti jika engkau mati biarlah engkau dikenang sebagai lelaki sejati yang hanya memberikan cinta pada anak dan istri. karena mencintai bukanlah sebuah kata benda namun kata kerja yang kita harus melakukannya terus menerus, walau yang dicintai telah pergi.
----------------------------------------------------------------------------------------catatan hati seorang janda.
Komentar
Posting Komentar