Langsung ke konten utama

Unggulan

Rubrik Rumah Tangga: Cinta Kedaluarsa

Seiring berjalannya waktu cinta dalam rumah tangga mengalami pasang surut. Belasan tahun menjalani pernikahan pasti banyak yang telah berubah. Begitu juga dengan pasangan kita. Pak cah (cahyadi takariawan) mengatakan bahwa pasangan kita layaknya mikroorganisme yang terus berubah, terus berkembang seiring berjalannya waktu. Jika karena fisiknya yang telah berubah engkau meninggalkannya, sungguh begitu dangkal cintamu Jika karena emosinya yang meledak-ledak engkau meninggalkannya cintamu begitu murah Jika karena sifatnya yang menjengkelkan engkau meninggalkannya, cintamu   pun begitu receh Jika engkau menganggap pasanganmu kini tidak bisa menyamaimu atau merasa sudah tidak sebanding lagi maka perlu dipertanyakan niat awalmu menikah Jika engkau suka membandingkan pasanganmu dengan pasangan orang lain yang bisa begini dan begitu mungkin engkau juga pantas dibandingkan dengan yang lain juga Jika engkau merasa tidak puas dengan pasanganmu coba tanyakan juga apakah pasanganm...

Harta Itu Manis


Harta Itu Manis

Banyak yang bertanya kepada Rasulullah tentang pendistribusian kekayaan. Salah satunya seorang laki-laki yang dilaporkan Abu Hurairah berikut ini.

“Ya Rasulullah, kalau uang saya hanya satu dinar, kepada siapa mesti saya berikan?”
“Kalau uangmu cuma itu, belanjakan saja untuk dirimu.”
“Jika saya punya dua dinar?”
“Untuk keluargamu”.
“Tiga dinar?”
“Pembantumu.”
“Misalkan saya punya empat dinar ya Rasulullah?”
“Bantu kerabatmu”.
“Lebih dari itu?”
“Belanjakan di jalan Allah”.

Itulah mungkin sikap yang benar dari kekayaan. Menafkahkannya sesuai dengan kemampuan dan berdasarkan skala prioritas. Semakin banyak harta yang dimiliki semakin banyak pula pihak yang harus dipikirkan. Bukan hanya keluarga dan kerabat, tetapi juga orang banyak.

Ujian pertama dari iman adalah harta. Mengapa? Sebab bukankah manusia pada dasarnya pelit dan berpembawaan suka menumpuk harta?

Rasulullah pernah bertanya kepada Banu Salamah, “Siapa pemimpin kalian?” mereka menjawab, “Hurr bin Qais. Itu lho orang yang kikir.” Lalu Nabi berkata, “Penyakit manakah yang lebih gawat dari kikir?” lalu Rasulullah berkata lagi, “Pemimpin kalian sekarang adalah Bashar Bin Bara’bin Ma’rur.” Jadi bukan lagi Hurr yang kikir itu. 

Rasululllah bersabda, “Barang siapa bersedekah senilai biji kurma dari penghasilan baik-baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik. Niscaya Allah akan menerima dengan Tangan KananNya lau mengembangkannya untuk pemiliknya sebagaimana kalian membesarkan anak kuda, sehingga sedekah itu menjadi besar seperti gunung. (H.R. Al-Bukhari).

Tetapi Rasulullah menyuruh kita memperhatikan skala prioritas. Sebab, bermurah-murah kepada orang lain tetapi kuang memperhatikan yang fardhu, seperti orang tua dan kerabat, pertanda kita ulai riya’, suka pamer, dan senang di puji. 

Seseorang mendatang dan meminta sesuatu kepada Rasulullah. Beliau memberinya lagi. “Hai Hakim, harta itu manis dan enak,” kata Nabi SAW yang dilanjutkan, “Maka barangsiapa yang memperoleh harta itu dan diikuti dengan berbagi, tentu apa yang akan diperolehnya akan diberkati Allah. Barang siapa yang memperolehnya lalu dihambur-hamburkan, maka harta itu tidaklah diberkati. Yang dimakan pun tiada yag mengenyangkan.” Nabi menutup kata-kata beliau dengan kalimat yang sudah kita kenal, “Tangan diatas lebih baik dari tangan yang di bawah.”

“Misalkan anda seorang hartawan, tirulah kebaikan dari jutawan besar dunia yang mendirikan foundation untuk diambil orang manfaat hartanya sesudah dia meninggal, seperti Rockefeller, Ford, Carnegie, dan lain-lain.” Nasihat hamka.

Ada juga yang berwasiat mendirikan universitas utuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Pewaris-pewaris mereka yang tinggal pun tidak pula berkecil hati. Sebab, mereka pu punya kekayaan sendiri dan tidak mengharap benar warisan dari ayahnya yang telah meninggal dunia.  


SUMBER: HARTA ITU MANIS, SURYANA SUDRAJAT.

Komentar

Postingan Populer