Harta Itu Manis
Banyak yang bertanya kepada
Rasulullah tentang pendistribusian kekayaan. Salah satunya seorang laki-laki
yang dilaporkan Abu Hurairah berikut ini.
“Ya Rasulullah, kalau uang saya
hanya satu dinar, kepada siapa mesti saya berikan?”
“Kalau uangmu cuma itu,
belanjakan saja untuk dirimu.”
“Jika saya punya dua dinar?”
“Untuk keluargamu”.
“Tiga dinar?”
“Pembantumu.”
“Misalkan saya punya empat dinar
ya Rasulullah?”
“Bantu kerabatmu”.
“Lebih dari itu?”
“Belanjakan di jalan Allah”.
Itulah mungkin sikap yang benar
dari kekayaan. Menafkahkannya sesuai dengan kemampuan dan berdasarkan skala
prioritas. Semakin banyak harta yang dimiliki semakin banyak pula pihak yang
harus dipikirkan. Bukan hanya keluarga dan kerabat, tetapi juga orang banyak.
Ujian pertama dari iman adalah
harta. Mengapa? Sebab bukankah manusia pada dasarnya pelit dan berpembawaan
suka menumpuk harta?
Rasulullah pernah bertanya kepada
Banu Salamah, “Siapa pemimpin kalian?” mereka menjawab, “Hurr bin Qais. Itu lho
orang yang kikir.” Lalu Nabi berkata, “Penyakit manakah yang lebih gawat dari
kikir?” lalu Rasulullah berkata lagi, “Pemimpin kalian sekarang adalah Bashar
Bin Bara’bin Ma’rur.” Jadi bukan lagi Hurr yang kikir itu.
Rasululllah bersabda, “Barang
siapa bersedekah senilai biji kurma dari penghasilan baik-baik dan Allah tidak
menerima kecuali yang baik. Niscaya Allah akan menerima dengan Tangan KananNya
lau mengembangkannya untuk pemiliknya sebagaimana kalian membesarkan anak kuda,
sehingga sedekah itu menjadi besar seperti gunung. (H.R. Al-Bukhari).
Tetapi Rasulullah menyuruh kita
memperhatikan skala prioritas. Sebab, bermurah-murah kepada orang lain tetapi
kuang memperhatikan yang fardhu, seperti orang tua dan kerabat, pertanda kita
ulai riya’, suka pamer, dan senang di puji.
Seseorang mendatang dan meminta
sesuatu kepada Rasulullah. Beliau memberinya lagi. “Hai Hakim, harta itu manis
dan enak,” kata Nabi SAW yang dilanjutkan, “Maka barangsiapa yang memperoleh
harta itu dan diikuti dengan berbagi, tentu apa yang akan diperolehnya akan
diberkati Allah. Barang siapa yang memperolehnya lalu dihambur-hamburkan, maka
harta itu tidaklah diberkati. Yang dimakan pun tiada yag mengenyangkan.” Nabi menutup
kata-kata beliau dengan kalimat yang sudah kita kenal, “Tangan diatas lebih
baik dari tangan yang di bawah.”
“Misalkan anda seorang hartawan,
tirulah kebaikan dari jutawan besar dunia yang mendirikan foundation untuk
diambil orang manfaat hartanya sesudah dia meninggal, seperti Rockefeller,
Ford, Carnegie, dan lain-lain.” Nasihat hamka.
Ada juga yang berwasiat
mendirikan universitas utuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Pewaris-pewaris
mereka yang tinggal pun tidak pula berkecil hati. Sebab, mereka pu punya
kekayaan sendiri dan tidak mengharap benar warisan dari ayahnya yang telah
meninggal dunia.
SUMBER: HARTA ITU MANIS, SURYANA
SUDRAJAT.
Komentar
Posting Komentar